Lp2m_Corong – Suasana hening nan asri menyejukkan hati siapa saja yang berkunjung ke ke tempat pengungsian anak raja ini. Disana ada tanah yang menyimpan bukti sejarah. tepatnya berada pada lokasi di Jl. Selomangleng, RT008 RW002, Pojok Mojoroto, Kediri.
Senin, 27 Mei 2024, kami dari beberapa anggota LP2M CORONG berkunjung ke tempat ini. kami bertujuan untuk merefresh dan menumbuhkan semangat membuat karya. Dipimpin langsung oleh direktur yang ditemani pimpinan divisi litbang kepenulisan, menggerakkan anggota-anggotanya untuk berkunjung tempat itu.
Saat itu keadaanya cukup sepi, tiada pengunjung yang terlihat di kanan dan kiri kami. padahal Goa Selomangleng sangat kental dengan sejarah, tempat itu dikenal sebagai tempat pertapaan Dewi Kilisuci yang enggan menerima tahta kerajaan yang diwariskan Raja Erlangga kepadanya. Penolakan ini bukan tanpa alasan. Diketahui, bahwa Sanggramawijaya Tunggadewi, nama lain dari Dewi Kilisuci, memutuskan untuk pergi menjauhi urusan tahta kerajaan dan memilih bertapa di Goa Selomangleng karena mengidap penyakit kedhi (tidak pernah menstruasi). Untuk itu, ia juga dianggap wanita suci pepunden tanah Jawi. Konon, Dewi Kilisuci menghabiskan sisa usia yang ia miliki bertapa di sana demi warga Kediri terhindar dari ancaman marabahaya.
Goa Selomangleng tidak lah seperti goa-goa yang dibayangkan yang memiliki ruangan yang panjang. Terbentuk dari batu andesit, Goa Selomangleng memiliki dua ruangan dengan dinding yang dihiasi relief dan pahatan khas Hindu. Pintu masuknya cukup besar sehingga mudah dilalui manusia dewasa. Struktur dalamnya adalah bukti adanya ruang untuk meditasi dan ritual.
Lalu, kenepa tempat itu cukup sepi? apakah mungkin karen masyarakat tak berminat berkunjung ke situs bersejarah seperti goa ini? Beberapa pakar mengatakan bahwa generasi Z enggan memberikan waktu luangnya untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang memiliki nilai sejarah, seperti museum, tugu, gedung tua, dan candi. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan generasi Z untuk berkumpul bersama di tempat sejenis cafe dan mall. Pengaruh global benar-benar memengaruhi sifat yang dimiliki oleh generasi Z masa kini. Berkumpul di café dan mall dianggap sebagai sesuatu yang keren dan modern. Padahal hal ini juga dapat dirasakan saat mengunjungi wisata yang menyimpan sejarah di dalamnya, malahan mendapatkan atmosfer yang lebih memanjakan hati dan mata.
Lantas, apakah hal ini juga terjadi di Goa Selomangleng sehingga papan wisata ini begitu sepi ? Faktanya, Tim CORONG berkunjung ke Goa Selomangleng pada saat weekday. Kala itu, tentu saja masyarakat telah menghabiskan akhir pekannya untuk mengisi kesuntukan setelah lelah bekerja. Saat senin tiba, kemungkinan perasaan ceria telah mereka kumpulkan untuk kembali semangat melakukan aktivitas. Tak mengherankan di saat kami tiba, suasana terasa berbeda. Area yang biasa dikerumuni orang itu terasa hening karena memungkinkan memang jarang yang datang di waktu kami tiba. Akan tetapi pada sore hari saat kami kembali menuju parkiran, terdapat sejumlah pengunjung yang melakukan rutinitas seperti jogging dan bersepeda. Kami juga berpapasan dengan kumpulan pemuda lokal yang terlihat akan berbincang bersama di atas sana.
Tempat ini memanglah tidak begitu sepi, satu dua, yang pasti ada yang mengunjungi. Namun bencana ini memang tetap berpotensi terjadi. Untungnya, pemerintah setempat telah menanggulangi hal ini dengan dibangunnya wahana-wahana lain yang mendampingi goa ini. Tak dapat dibayangkan jika wisata ini hanya menyajikan satu goa andesit tanpa dukungan bangunan lain. kemungkinan perasaan bosan dirasakan oleh wisatawan akan cenderung lebih tinggi.
Harapan kami, tentunya situs ini tetap lestari. Kami rasakan beberapa tempat memang membutuhkan renovasi. Namun, hal ini tentunya disesuaikan dengan pemerintah yang menaungi. Membagikan konten positif mengenai goa ini, mungkin dapat menjadi salah satu jalan untuk menarik kembali minat masyrakat yang telah pergi. Terlebih, generasi Z begitu terpengaruh dengan arus internet yang sedang terjadi.